Senin, 22 Oktober 2018

Anakku, Ibu Ingin Engkau Jadi Santri

Bismillah


Foto: pixel.com

"Waah, Mas Nuha pintar ya, Bu. Putranya sudah mau berpisah dengan orang tua, menuntut ilmu di pondok pesantren ya?"  
"Iya, Bu Sofie. Alhamdulillah, doakan betah ya," ungkapnya penuh semangat.


Saya jadi terharu saat mendengar kabar putra seorang kawan yang tinggal di Sumatra, putranya mau sekolah di Jawa dan tinggal di pondok. Ada rasa yang tidak bisa saya ungkapkan, tentu bukan hal yang mudah. Selama ini mereka tinggal serumah, melakukan banyak hal bersama-sama, tapi demi untuk masa depan putranya. Mereka merelakan anaknya pergi untuk berjuang  memnuntut ilmu. Saya berharap anak saya juga mau sekolah di pondok. 


Sebagai orang tua, tentu mengharapkan buah hatinya bisa mendapatkan pembelajaran yang baik dalam hidupnya. Pembelajaran itu bisa didapatkan melalui sekolah formal maupun sekolah nonformal. Apalagi tantangan zaman yang sudah kian mengkhawatirkan. Pengaruh yang baik dan yang buruk, menggganggu siapa pun, tak terkecuali santri. Ada orang tua yang sudah bisa mengikhlaskan buah hatinya untuk menimba ilmu di pesantren sejak dini. Mereka rela berpisah dengan anaknya untuk tinggal di asrama.


Belajar di pondok mendapatkan pelajaran tentang kehidupan. Tidak hanya pintar mengaji dan pelajaran agama saja, para santri dapat belajar tentang banyak hal. Hal yang membuat saya ingin anak saya sekolah di pondok adalah terbentuknya karakter yang baik, di antaranya yaitu:
1. Mandiri

Ketika berada di rumah bersama orang tuanya, kemandirian anak belum terbentuk. Anak masih sering meminta bantuan orang tua atau saudaranya, meskipun itu hal sederhana. Nah, ketika sudah berada di pondok, anak menjadi lebih mandiri. Banyak hal bisa dikerjakan sendiri, tanpa "ngalem" minta disiapkan keperluannya.

2. Berbagi
Ketika sudah di pondok, anak akan lebih peduli dengan sekelilingnya. Padahal saat di rumah, anak kadang tidak mau berbagi dengan saudaranya sendiri. Egonya masih sering dituruti, kadang hal sepele jadi rebutan dan pertengkaran. Nah, ketika sudah tinggal di asrama menjadi lebih bijaksana. Kadang bertukar pakaian, kadang berbagi makanan, sepiring untuk kembulan.


3. Sabar
Seorang anak ketika tinggal di asrama akan terbentuk karakter sabar. Tidak hanya saat belajar agar diberi kepahaman, tetapi dalam kehidupan sehari-hari pun juga harus sabar dalam menjalaninya. misalnya mau mandi harus antre terlebih dahulu, mau makan juga menunggu antrean, dan lain sebagainya.


Saat saya bertanya kepada Adham, anak saya yang pertama tentang sekolah pesantren, Ia belum bersedia. Padahal keinginan kami adalah anak saya bisa belajar tentang ilmu kehidupan di pondok, tetapi saya tidak mau memaksa. Hanya doa yang saya sertakan dalam sujudku, semoga selalu dalam petunjuk Allah Swt.

Teringat ungkapan K.H Mustofa Bisri (Gus Mus) tentang santri,

"Santri bukan yang mondok saja, tetapi siapapun yang berakhlak seperti santri, adalah santri"

Mungkin anak saya belum siap belajar di pondok. Kapan pun engkau siap berjuang menuntut ilmu, ibu selalu mendukung dan meridhoi langkahmu. 

Semoga generasi muda di era milenial yang penuh tantangan ini, memiliki akhlak santri dan menjadi generasi Rabbani. Semoga anak-anak saya memiliki akhlak seperti santri, meski saat ini belum bersedia untuk belajar  di pondok pesantren.

Selamat hari santri.



"Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Komunity"
#Day 10


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tumbuhkan Gelora Literasi di Awal Tahun 2019: Menulis Kisah Menuai Berkah

Bismillah "Kegagalan itu tidak akan pernah ada kecuali Anda berhenti bergerak" (Mardigu W.P.) Setiap orang tentu memiliki...