Jumat, 19 Oktober 2018

Keliling Museum Sonobudoyo, Mengenal Budaya Jawa (2)

Bismillah


Foto: Jepretan Pribadi

Museum Sonobudoyo berlokasi di pusat kota. Letaknya yang strategis dan masih berada dalam lingkungan Pusat Budaya Yogyakarta, menjadi perhatian dari berbagai pihak, baik wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Bangunan Museum Sonobudoyo merupakan rumah joglo dengan arsitektur masjid keraton kesepuhan Cirebon. Pada hari Ahad, 14 Oktober 2018 saya dan keluarga tercinta berkunjung ke Museum Sonobudoyo. Museum yang kami kunjungi tersebut beralamat di Jalan Trikora nomor 6, Daerah Istimewa Yogyakarta.


Kunjungan saya ke Museum Sonobudoyo bersama keluarga tercinta merupakan usaha untuk mengenalkan kepada anak kami tentang budaya Jawa. Meskipun kunjungan hanya sekitar satu jam, tetapi kami sangat puas mengamati dan memperhatikan benda-benda yang ada di museum tersebut. 


Pertama kali kami masuk, kami membayar tiket terlebih dahulu. Harga tiket untuk orang dewasa Rp. 3000 dan untuk anak-anak Rp. 2500. Selanjutnya kami melihat dan mendengarkan seorang Bapak yang berdendang dengan lagu jawa sambil memainkan gender. Beliau adalah Pak Waris. Berdasarkan informasi dari salah seorang petugas, beliau adalah seorang yang mempunyai kemampuan memainkan berbagai alat musik yang ada di museum tersebut. Beliau tinggal di daerah Sentolo, Kulonprogo. Kami terpana dengan suaranya saat menyanyikan lagu jawa dengan diiringi suara musik yang berasal dari alat yang beliau pukul. 


Foto: Jepretan Pribadi

Setelah mendengarkan Pak Waris berdendang, kami masuk ke ruangan museum. Kami melihat berbagai koleksi di ruangan tersebut, diantaranya adalah berbagai benda yang dipakai untuk upacara keagamaan, seperti stupika, materai tablet, ganta atau lonceng, darpana atau cermin, kotak peipih candi, sangka atau terompet dari kerang, dlupak atau lampu minyak tradisional.

Tiba-tiba Alfath, anak saya yang kedua berseru

"Apa itu?" 

Sambil menunjuk dan mengamati bagian tengah ruangan. Ternyata di dalamnya terdapat lubang tertutup kaca berisi  tulang manusia dari tengkorak, badan, tangan, dan kaki.

Kakaknya malah menakut-nakuti. Segera saya menuju ke tempat tersebut, sambil menjelaskan. 

"Oh itu, tulang manusia. nggak perlu takut. kita bisa tahu bagian atas itu adalah tengkorak kepala, terus dada, dan ada tulang tangan dan kaki." Alfath memperhatikan serius.

Di bagian samping ada tulisan dengan keterangan sebagai berikut.

Replika peti kubur batu
"Kubur yang berbentuk peti yang terdiri atas enam papan batu. di dalamnya sering ditemukan tulang manusia bersama bekal kubur seperti manik-manik, gerabah, dan alat-alat logam di situs Kajar, Gunung kidul, bahan peti kubur batu dibuat dari batu gamping."




Foto: Jepretan Pribadi

Selanjutnya kami juga melihat beberapa peralatan dan benda yang digunakan manusia pada masa lampau untuk melangsungkan kehidupannya, seperti wadah, bebatuan, perhiasan gelang atau cincin, peralatan logam, dan lain-lain. Selain itu, beberapa koleksi wayang dan topeng juga terdapat dalam ruangan museum. 




Berbagai koleksi tidak bisa saya sebutkan semua. Kami berkeliling dengan hati riang gembira. Saya dan Alfath berhenti setelah mengamati aneka alat peraga permainan tradisional, seperti senapan, othok-othok, yoyo, plinteng, kapal othok-othok, suling, peluit, dan sempritan bambu. 

"Tuh, lihat ada mainan bagus. Mas Alfath pernah Ibu belikan, kan?"

"Iya, ada kapal, Bu," Alfath suka melihatnya




Ada hal lain lagi yang disukai anakku  ketika berada di dalam museum, yaitu menyalakan komputer.  Terdapat komputer di setiap ruangan yang bisa dinyalakan, berisi informasi seputar benda-benda dan penjelasannya. Alfath sangat menyukainya. Setelah puas berkeliling, kami pun memutuskan untuk pulang.  Eh, iya... sebelum pulang Alfath sempat mengamati sebuah meriam yang berada di depan museum, dekat gerbang pintu masuk. Dia penasaran dengan benda tersebut. 



Nah, demikian kisah kami saat keliling Museum Sonobudoyo. Asik dan menyenangkan, bukan? Yuk, silakan jalan-jalan ke Museum Sonobudoyo untuk mengenal berbagai benda peninggalan zaman purba yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Semoga Museum Senobudoyo semakin diminati baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. 


"Postingan ini diikutsertakan dalam One Day One Post bersama Estrilook Comunity"
#Day 7

15 komentar:

  1. Saya baru tau ada museum Sonobudoyo di Jogja. Hehe, kemana aja yes padahal kalo lagi pulkam sering mampir ke Jogja tapi gak paham 🤭😂. Makasih mba infonya, keren

    BalasHapus
  2. perjalanan yang menyenangkan, apalagi kalo anak2 udah mulai banyak nanya, mengedukasi sekali ^^

    BalasHapus
  3. Menarik Mbak infonya, bagus untuk anak-anak

    BalasHapus
  4. Bagus banget buat wisata budaya dan pendidikan untuk anak. Terima kasih infonya, Mbak

    BalasHapus
  5. Duh boleh juga nih jadi target selanjutnya kalu berkunjung ke Yogya, budaya memang perlu dilestarikan caranya dengan mengenalkannya pada anak-anak, so pasti tugas kita sebagai orang tua

    BalasHapus
  6. Jadi kangen Yogya.
    Thanks sharingnya mbak.

    BalasHapus
  7. Aku pernah nih ke sini. Tempatnya emang cocok buat edukasi budaya ke anak.

    BalasHapus
  8. waaa ngeVlognya anak-anak wajib nih kesini, makasih infonya mbaaaa, ini aku orang Jogja jyannn katrok banget masalah lokasi wisata jogja, wkwkkwk. karena maless kalo macet dimana-mana :(

    BalasHapus
  9. Saya selalu suka ke museum, apalagi sambil bawa anak2. Thank sharingnya, mbak.

    BalasHapus
  10. Bertahun-tahun kuliah di yogya belum pernah ke museum ini. Kpn kpn deh ajak anak2...

    BalasHapus
  11. Murah meriah dan asik banget untuk mengenalkan budaya ama anak yaa mak. Pankapan mo mampir ah hehe

    BalasHapus
  12. Kalau ke Jogya mudah-mudahan bisa mampir

    BalasHapus

Tumbuhkan Gelora Literasi di Awal Tahun 2019: Menulis Kisah Menuai Berkah

Bismillah "Kegagalan itu tidak akan pernah ada kecuali Anda berhenti bergerak" (Mardigu W.P.) Setiap orang tentu memiliki...